Gunung Lewotobi Laki-Laki meletus lagi pada Minggu, 24 Agustus 2025. Erupsi ini mengeluarkan abu vulkanik setinggi 1.500 meter di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Gunung berapi ini memang dikenal aktif, dan masyarakat sekitar sudah terbiasa menghadapi peringatan dini setiap kali aktivitasnya meningkat.
Letusan kali ini kembali menjadi pengingat bahwa wilayah Indonesia berada di “Cincin Api Pasifik” yang dipenuhi gunung berapi aktif. Meski masyarakat telah terbiasa dengan ancaman letusan, kewaspadaan tetap diperlukan agar dampaknya tidak membahayakan kehidupan sehari-hari.
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur
Aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur sudah terdeteksi sejak awal bulan Agustus. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat peningkatan tremor dan gempa vulkanik yang mengindikasikan tekanan magma dari dalam perut bumi.
Saat letusan terjadi, kolom abu terlihat tebal dengan warna kelabu ke arah barat dan barat daya. Abu menyebar cukup luas, membuat masyarakat di beberapa kecamatan harus menggunakan masker agar tidak terpapar debu vulkanik. Jalur penerbangan di sekitar Larantuka juga dipantau ketat untuk memastikan keselamatan.
BACA JUGA : Mercedes-AMG GT 63 PRO 4MATIC+: Perpaduan Performa Brutal dan Eksklusivitas Tinggi
Dampak Erupsi
Dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki langsung terasa di sekitar lereng gunung. Beberapa desa mengalami hujan abu ringan yang menutupi atap rumah, lahan pertanian, hingga sumber air.
Selain itu, para petani harus menunda aktivitas bercocok tanam karena abu vulkanik bisa merusak daun tanaman. Warga juga diminta waspada terhadap kemungkinan lahar hujan bila curah hujan tinggi terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Meskipun demikian, jalur evakuasi telah disiapkan pemerintah daerah bersama BNPB. Sejumlah titik pengungsian sudah berdiri untuk menampung warga yang tinggal di radius berbahaya.
Status Gunung Lewotobi Laki-Laki Saat Ini
Status Gunung Lewotobi Laki-Laki saat ini berada pada Level III (Siaga). Artinya, aktivitas vulkanik berpotensi meningkat sewaktu-waktu. Warga di sekitar radius 3–5 km dari puncak diminta segera menjauh dan tidak melakukan aktivitas apa pun di zona bahaya.
PVMBG juga menegaskan pentingnya koordinasi antara pemerintah daerah, aparat keamanan, dan masyarakat agar penanganan darurat bisa berjalan lancar. Dengan kesiapan bersama, dampak letusan bisa ditekan seminimal mungkin.
BACA JUGA : Toyota GR86: Coupe Sport Legendaris dengan Performa dan Eksklusivitas Tinggi
Antisipasi Warga Menghadapi Erupsi Gunung Lewotobi
Menghadapi erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, warga diminta selalu siaga. Masker, kacamata, dan penutup kepala menjadi perlengkapan utama untuk melindungi diri dari abu vulkanik.
Selain itu, masyarakat juga diminta menyimpan dokumen penting di tempat aman serta menyiapkan tas darurat berisi obat-obatan, makanan ringan, dan pakaian secukupnya. Pendidikan kesiapsiagaan bencana terus digalakkan agar warga lebih tanggap dalam menghadapi kondisi darurat.
Sejarah Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki
Gunung Lewotobi Laki-Laki bukan pertama kali meletus. Dalam sejarahnya, gunung ini beberapa kali mencatatkan erupsi besar, salah satunya pada tahun 1930-an dan 2003. Aktivitas vulkanik yang konsisten menjadikannya salah satu gunung berapi paling aktif di NTT.
Letusan gunung ini sering kali diikuti oleh abu vulkanik yang menyebar luas hingga ke kabupaten tetangga. Catatan sejarah ini membuktikan pentingnya kesiapan masyarakat lokal dalam menghadapi ancaman yang datang secara berulang.
Mitigasi Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki
Mitigasi erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki menjadi perhatian utama pemerintah. Strategi mitigasi mencakup sistem peringatan dini, jalur evakuasi, edukasi masyarakat, serta penyiapan logistik darurat.
BNPB dan BPBD Flores Timur secara aktif melakukan simulasi evakuasi bersama warga. Hal ini membentuk pola kesiapsiagaan yang lebih baik, sehingga setiap letusan bisa ditangani dengan cepat tanpa menimbulkan korban besar.
Kesimpulan: Gunung Lewotobi Laki-Laki Meletus Lagi
Gunung Lewotobi Laki-Laki meletus lagi, menegaskan statusnya sebagai gunung berapi aktif di Flores Timur. Meski menimbulkan dampak abu vulkanik yang luas, kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah diharapkan mampu mengurangi risiko besar.
Kehidupan di kawasan rawan bencana memang menuntut kewaspadaan ekstra. Namun dengan mitigasi yang tepat, masyarakat tetap bisa hidup berdampingan dengan alam tanpa harus kehilangan rasa aman.